Senin, 17 September 2012

Seputar Kekecewaan, Harapan, dan Mimpi...

awalnya saya memang tak ada ketertarikan sejauh ini sebelum saya mengenal seorang dosen tetap fakultas psikologi UI yang kebetulan mengajar juga di fakultas psikologi UIN Jakarta, Dicky Pelupessy, Msc nama lengkapnya. beliau mengajar mata kuliah peminatan psikologi lintas budaya yang saya ambil di semester 6 kemarin. awalnya saya amat tertarik dengan mata kuliah peminatan ini, karena sejak SMA saya sangat tertarik dengan bahan bacaan atau hal hal yang berkenaan dengan pelajaran sosial ataupun budaya, banyak orang bilang ke saya, klo saya ini memang "orang sosial banget". kemudian berangkat dari ketertarikan orang awam inilah saya memutuskan untuk mengambil matakuliah psikologi lintas budaya, di awal ekspektasi saya mungkin akan ada banyak mahasiswa yang tertarik dengan peminatan ini, tetapi ekspektasi ini pun luntur seiring berjalannya hari pertama masuk kuliah.

saat itu, karena dalam sistem informasi tertulis bahwa matakuliah ini berjadwal di hari kamis siang, maka saya pun masuk ke dalam kelas tersebut dan ternyata tak ada satupun orang dikelas itu. kemudian tak lama dari itu, datang sesosok pria paruh baya yang masuk kelas dengan dandanan casual dan necis, awalnya saya pikir mahasiswa kelas ekstensi, tetapi ternyata pria itu adalah bapak Dicky dosen yang mengajar, setelah pertemuan ini, kami berharap ada kesalahan informasi tentang jadwal, kemudian di jadwal selanjutnya akan ada banyak mahasiswa yang ikut matakuliah ini, tetapi kenyataannya tidak, ternyata yang mengambil matakuliah ini hanya tiga orang, ada saya, teman saya thata, dan satu lagi, saya lupa namanya siapa tetapi dia tak pernah masuk kelas, mungkin karena dia pikir kelasnya sudah ditutup karena isu yang beredar saat itu, untuk matakuliah peminatan yang tidak memenuhi kuota minimal maka di tutup. hmmmm, saya juga berpikir mungkin benar akan ditutup, tetapi ternyata tidak, saya dan thata bersikeras meminta kepada bagian akademik fakultas untuk tetap membuka kelas ini, karena kami berdua sangat antusias untuk mengikutinya, akhirnya kata bu lili (kabag akademik fakultas) "gak apa apa, walaupun cuma berdua, kalian tetap belajar aja, toh sekarang kan sedang booming fenomena fenomena sosial, akan sangat menjadi menarik itu pastinya kalau kalian bisa menjadi psikolog sosial." dengan berbekal motivasi ini, saya dan kemungkinan besar thata juga berpikiran hal yang sama, semakin semangat untuk mendalami dan mempelajari, apa sebenarnya psikologi lintas budaya itu sendiri, Bismillahirahmanirrahim, dalam hati saya meneguhkan niat untuk mencari ilmu yang sangat menarik ini, semoga bermanfaat dan barokah ilmunya, dalam hati saya bergumam.

seiring waktu berjalan, minggu ke minggu kami belajar dengan pak dicky seperti orang privat karena memang hanya berdua, terkadang di beberapa pertemuan ada teman-teman yang menjadi "mustami", sekali dua kali datang untuk mendengarkan, tetapi teman teman mustami ini, tidak menjadi mahasiswa tetap matakuliah ini, yang menjadi mahasiswa tetapnya dalam satu semester yaa hanya saya berdua, saya dan thata. pernah beberapa kali kami ikut belajar di kelas pak dicky yang di UI belajar bersama mahasiswa UI menjadi pengalaman tersendiri untuk saya, karena dari sini, saya mendapat pandangan baru tentang model budaya dan pembelajaran di Universitas nomor 1 di Indonesia itu.

sosok pak dicky merupakan sosok yang sangat menginspirasi untuk saya, karena baru kali ini saya menemukan dosen yang sangat berdedikasi tinggi, rela datang jauh jauh dari depok hanya untuk mengajar dua mahasiswi nya yang haus akan keilmuan yang baru. mengapa saya anggap baru, karena pada semester sebelumnya, saya mengambil matakuliah yang erat dengan matakuliah ini, psikologi sosial, itu sama sekali tidak mendapat apapun yang saya inginkan, 2 semester sebanyak 6 sks saya habiskan dengan begitu saja tanpa mendapat apapun dari situ. tidak ingin sebenarnya saya menyalahkan dosen, yang memang mengajarkan nya jauh dari materi yang berkenaan dengan matakuliah yang bersangkutan. maklum saja, dosen itu, professor memang, tetapi beliau sudah sangat uzur, menurut teori perkembangan, wajar sekali memang di usia beliau yang sudah senja, menjadi sangat rentan untuk berbicara agak "ngawur" dan ngalor ngidul kemana mana. tetapi saya yakini, jika saja saya di ajarkan oleh beliau beberapa puluh tahun kebelakang saja, mungkin pembahasan yang akan dibahas tak menjadi tentang cerita gaji pensiunnya, cucu nya, segitiga bermuda, cinta monyet, ataupun tentang pengalaman pribadinya yang lain, yang samasekali tidak ada dalam materi SAP nya. saya dengan segala kerendahan hati pun dapat memaklumi beliau dan tidak ingin menyalahkan beliau, kan "orang tua berbicara masa lalu, anak muda berbicara masa depan" jadi mau dipertemukan seperti apapun akan tidak ketemu karena memang bersebrangan. gak akan ketemu ujung pangkalnya dimana. tetapi memang disadari ataupun tidak, secara tidak langusung pengalaman pada matakuliah psikologi sosial 1 dan 2 ini, benar-benar seperti menjadi awal yang selanjutnya melahirkan stereotipe bahwa psikologi sosial itu tidak menarik. terbukti dari kuantitas mahasiswa yang mengambil matakuliah peminatan psikologi lintas budaya amat sedikit, tak sampai 5 orang. saya rasa ini juga menjadi PR besar pihak akademik fakultas, sebenarnya apa salah ? toh jika membaca materi-materi dan kajian psikologi sosial, sangat menarik, karena langsung benar-benar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

yang menjadi kekecewaan saya saat ini adalah, bagaimana bisa saya yang sudah selama kurang lebih 2 minggu terakhir ini penuh semangat menggebu-gebu mencari bahan skripsi yang akan mengangkat tema psikologi sosial, harus dibenamkan begitu hanya karena kebijakan pihak akademik fakultas yang menurut saya sangat tidak relevan. peminatan wajib lanjutan psikologi sosial yakni psikologi lingkungan dinyatakan DITUTUP hanya karena kuantitas dari jumlah peminat yang sedikit, padahal ada 5 orang, jauh lebih banyak dari ketika saya mengambil matakuliah psikologi lintas budaya yang hanya 2 orang.  sebenarnya waktu itu, psikologi lintas budaya juga akan ditutup, cuma karena waktu itu pak dicky sang dosen inspiratif juga bersemangat untuk mengajar, lalu ibu lili dari kabag akademik membolehkan, akhirnya KBM pun tetap dapat dijalankan dengan baik. dari kejadian ini, saya benar benar dapat menilai, mana dosen yang memang benar-benar ingin mengabdikan dirinya pada pengembangan SDM dan ilmu pengetahuan, mana yang hanya kaku dan terpusat pada prosedur dan kebijakan. sangatlah dzolim menurut saya jika kita mengubur hidup-hidup semangat dan ide dari seorang "dungu" yang berusaha ingin menjadi sang "pembelajar". apakah bijak, jika kita menghalangi keinginan orang yang ingin belajar mendalami sesuatu hanya karena tidak sesuai prosedur, apalagi hanya berkenaan dengan kuantitas manusianya. IRONIS !!!

harapan saya yang awalnya ingin menjadi seorang psikolog yang ahli dalam perspektif sosial dan mampu mengkaji faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap aspek seseorang di perilaku nya secara mendalam, ternyata harus saya tunda sepertinya sampai benar-benar saya melanjutkan pendidikan saya ke S2 nanti. mimpi saya yang ingin membuat skripsi yang sampai bisa dijadikan buku bertajuk, pengaruh dukungan sosial terhadap perkembangan feminisme di Indonesia harus saya kunci dulu hingga menemukan waktu dan tempat yang tepat untuk kembali membukanya. tempat saya berada saat ini sepertinya memang kurang mendukung mimpi dan semangat pada bidang yang saya minati. penciptaan atmosfer peminatan mayoritas yang populer dan minoritas yang tidak populer menjadi semakin jelas terasa di fakultas ini. sedih memang, tetapi tak apa,

saya tetap mempercayai bahwa Allah selalu menyiapkan segala yang jauh lebih baik untuk diri saya ketika saya tidak mendapatkan apa yang saya kehendaki. saya yakin, kalaupun saya tidak bisa mewujudkan mimpi saya disini, maka ketika saya keluar nanti saya akan bisa mewujudkannya. saya yakin, diluar sana akan lebih banyak pengembangan keilmuan ini, dan saya harus mendapatkannya dari tempat lain, harus itu, saya yakin saya bisa, atas izin Allah SWT, Insya Allah, Amin Allahuma Amin...

harapan saya semoga adik adik kelas saya nanti tidak merasakan apa yang saya rasakan, artinya mereka tidak perlu tahu rasanya mengubur hidup-hidup ide dan semangat untuk fokus menggeluti satu bidang hanya karena prosedur dan kebijakan. semoga mereka tak pernah merasakan ini, karena jujur rasanya itu bikin DOWN banget banget banget... tetapi tidak apa apa, tetap semangat meraih mimpi, next kita rajut mimpi dan semangat lewat cadangan keilmuan lainnya yang juga saya minati, psikologi klinis dewasa, dengan bidang kekhususannya psikologi seksual, Bismillah SEMANGAT !!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

isilah komentar dengan pernyataan yang jujur dari lubuk sanubari hati anda yang terdalam tanpa ada intervensi dari pihak manapun <3