Selasa, 18 September 2012

Bismillah, kuatkan yaa Allah...

Yaa Allah, memang benar hanya Engkau sang maha pemilik hati yang membolak balikan dan mengendalikan hati ini, Engkau sang maha kuasa dan berkehendak atas segala yang ada terjadi atas diri ini, yang mungkin menurut hamba baik, belum tentu menurut Mu, yang mungkin menurut hamba buruk, bisa saja menurut Mu baik, semua kuserahkan hanya kepada Mu yaa Allah...

sebulan terakhir ini, benar benar saya merasakan gesekan yang kuat dalam beberapa peristiwa di kehidupan ini, mulai dari kehilangan barang yang saya sayangi dan kehilangan amanah yang dititipkan orang untuk saya,  pencarian tema skripsi yang beberapa sudah dapat tetapi ternyata tak bisa, hingga terkadang merasa mendapat penolakan dari berbagai pihak, yang sebenarnya entah itu hanya perasaan saya saja atau memang benar. beberapa kali merasa bahwa ikhtiar yang dilakukan seolah sia-sia, yaa Allah kuatkan yaa Allah...

Senin, 17 September 2012

Seputar Kekecewaan, Harapan, dan Mimpi...

awalnya saya memang tak ada ketertarikan sejauh ini sebelum saya mengenal seorang dosen tetap fakultas psikologi UI yang kebetulan mengajar juga di fakultas psikologi UIN Jakarta, Dicky Pelupessy, Msc nama lengkapnya. beliau mengajar mata kuliah peminatan psikologi lintas budaya yang saya ambil di semester 6 kemarin. awalnya saya amat tertarik dengan mata kuliah peminatan ini, karena sejak SMA saya sangat tertarik dengan bahan bacaan atau hal hal yang berkenaan dengan pelajaran sosial ataupun budaya, banyak orang bilang ke saya, klo saya ini memang "orang sosial banget". kemudian berangkat dari ketertarikan orang awam inilah saya memutuskan untuk mengambil matakuliah psikologi lintas budaya, di awal ekspektasi saya mungkin akan ada banyak mahasiswa yang tertarik dengan peminatan ini, tetapi ekspektasi ini pun luntur seiring berjalannya hari pertama masuk kuliah.

saat itu, karena dalam sistem informasi tertulis bahwa matakuliah ini berjadwal di hari kamis siang, maka saya pun masuk ke dalam kelas tersebut dan ternyata tak ada satupun orang dikelas itu. kemudian tak lama dari itu, datang sesosok pria paruh baya yang masuk kelas dengan dandanan casual dan necis, awalnya saya pikir mahasiswa kelas ekstensi, tetapi ternyata pria itu adalah bapak Dicky dosen yang mengajar, setelah pertemuan ini, kami berharap ada kesalahan informasi tentang jadwal, kemudian di jadwal selanjutnya akan ada banyak mahasiswa yang ikut matakuliah ini, tetapi kenyataannya tidak, ternyata yang mengambil matakuliah ini hanya tiga orang, ada saya, teman saya thata, dan satu lagi, saya lupa namanya siapa tetapi dia tak pernah masuk kelas, mungkin karena dia pikir kelasnya sudah ditutup karena isu yang beredar saat itu, untuk matakuliah peminatan yang tidak memenuhi kuota minimal maka di tutup. hmmmm, saya juga berpikir mungkin benar akan ditutup, tetapi ternyata tidak, saya dan thata bersikeras meminta kepada bagian akademik fakultas untuk tetap membuka kelas ini, karena kami berdua sangat antusias untuk mengikutinya, akhirnya kata bu lili (kabag akademik fakultas) "gak apa apa, walaupun cuma berdua, kalian tetap belajar aja, toh sekarang kan sedang booming fenomena fenomena sosial, akan sangat menjadi menarik itu pastinya kalau kalian bisa menjadi psikolog sosial." dengan berbekal motivasi ini, saya dan kemungkinan besar thata juga berpikiran hal yang sama, semakin semangat untuk mendalami dan mempelajari, apa sebenarnya psikologi lintas budaya itu sendiri, Bismillahirahmanirrahim, dalam hati saya meneguhkan niat untuk mencari ilmu yang sangat menarik ini, semoga bermanfaat dan barokah ilmunya, dalam hati saya bergumam.

seiring waktu berjalan, minggu ke minggu kami belajar dengan pak dicky seperti orang privat karena memang hanya berdua, terkadang di beberapa pertemuan ada teman-teman yang menjadi "mustami", sekali dua kali datang untuk mendengarkan, tetapi teman teman mustami ini, tidak menjadi mahasiswa tetap matakuliah ini, yang menjadi mahasiswa tetapnya dalam satu semester yaa hanya saya berdua, saya dan thata. pernah beberapa kali kami ikut belajar di kelas pak dicky yang di UI belajar bersama mahasiswa UI menjadi pengalaman tersendiri untuk saya, karena dari sini, saya mendapat pandangan baru tentang model budaya dan pembelajaran di Universitas nomor 1 di Indonesia itu.

sosok pak dicky merupakan sosok yang sangat menginspirasi untuk saya, karena baru kali ini saya menemukan dosen yang sangat berdedikasi tinggi, rela datang jauh jauh dari depok hanya untuk mengajar dua mahasiswi nya yang haus akan keilmuan yang baru. mengapa saya anggap baru, karena pada semester sebelumnya, saya mengambil matakuliah yang erat dengan matakuliah ini, psikologi sosial, itu sama sekali tidak mendapat apapun yang saya inginkan, 2 semester sebanyak 6 sks saya habiskan dengan begitu saja tanpa mendapat apapun dari situ. tidak ingin sebenarnya saya menyalahkan dosen, yang memang mengajarkan nya jauh dari materi yang berkenaan dengan matakuliah yang bersangkutan. maklum saja, dosen itu, professor memang, tetapi beliau sudah sangat uzur, menurut teori perkembangan, wajar sekali memang di usia beliau yang sudah senja, menjadi sangat rentan untuk berbicara agak "ngawur" dan ngalor ngidul kemana mana. tetapi saya yakini, jika saja saya di ajarkan oleh beliau beberapa puluh tahun kebelakang saja, mungkin pembahasan yang akan dibahas tak menjadi tentang cerita gaji pensiunnya, cucu nya, segitiga bermuda, cinta monyet, ataupun tentang pengalaman pribadinya yang lain, yang samasekali tidak ada dalam materi SAP nya. saya dengan segala kerendahan hati pun dapat memaklumi beliau dan tidak ingin menyalahkan beliau, kan "orang tua berbicara masa lalu, anak muda berbicara masa depan" jadi mau dipertemukan seperti apapun akan tidak ketemu karena memang bersebrangan. gak akan ketemu ujung pangkalnya dimana. tetapi memang disadari ataupun tidak, secara tidak langusung pengalaman pada matakuliah psikologi sosial 1 dan 2 ini, benar-benar seperti menjadi awal yang selanjutnya melahirkan stereotipe bahwa psikologi sosial itu tidak menarik. terbukti dari kuantitas mahasiswa yang mengambil matakuliah peminatan psikologi lintas budaya amat sedikit, tak sampai 5 orang. saya rasa ini juga menjadi PR besar pihak akademik fakultas, sebenarnya apa salah ? toh jika membaca materi-materi dan kajian psikologi sosial, sangat menarik, karena langsung benar-benar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

yang menjadi kekecewaan saya saat ini adalah, bagaimana bisa saya yang sudah selama kurang lebih 2 minggu terakhir ini penuh semangat menggebu-gebu mencari bahan skripsi yang akan mengangkat tema psikologi sosial, harus dibenamkan begitu hanya karena kebijakan pihak akademik fakultas yang menurut saya sangat tidak relevan. peminatan wajib lanjutan psikologi sosial yakni psikologi lingkungan dinyatakan DITUTUP hanya karena kuantitas dari jumlah peminat yang sedikit, padahal ada 5 orang, jauh lebih banyak dari ketika saya mengambil matakuliah psikologi lintas budaya yang hanya 2 orang.  sebenarnya waktu itu, psikologi lintas budaya juga akan ditutup, cuma karena waktu itu pak dicky sang dosen inspiratif juga bersemangat untuk mengajar, lalu ibu lili dari kabag akademik membolehkan, akhirnya KBM pun tetap dapat dijalankan dengan baik. dari kejadian ini, saya benar benar dapat menilai, mana dosen yang memang benar-benar ingin mengabdikan dirinya pada pengembangan SDM dan ilmu pengetahuan, mana yang hanya kaku dan terpusat pada prosedur dan kebijakan. sangatlah dzolim menurut saya jika kita mengubur hidup-hidup semangat dan ide dari seorang "dungu" yang berusaha ingin menjadi sang "pembelajar". apakah bijak, jika kita menghalangi keinginan orang yang ingin belajar mendalami sesuatu hanya karena tidak sesuai prosedur, apalagi hanya berkenaan dengan kuantitas manusianya. IRONIS !!!

harapan saya yang awalnya ingin menjadi seorang psikolog yang ahli dalam perspektif sosial dan mampu mengkaji faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap aspek seseorang di perilaku nya secara mendalam, ternyata harus saya tunda sepertinya sampai benar-benar saya melanjutkan pendidikan saya ke S2 nanti. mimpi saya yang ingin membuat skripsi yang sampai bisa dijadikan buku bertajuk, pengaruh dukungan sosial terhadap perkembangan feminisme di Indonesia harus saya kunci dulu hingga menemukan waktu dan tempat yang tepat untuk kembali membukanya. tempat saya berada saat ini sepertinya memang kurang mendukung mimpi dan semangat pada bidang yang saya minati. penciptaan atmosfer peminatan mayoritas yang populer dan minoritas yang tidak populer menjadi semakin jelas terasa di fakultas ini. sedih memang, tetapi tak apa,

saya tetap mempercayai bahwa Allah selalu menyiapkan segala yang jauh lebih baik untuk diri saya ketika saya tidak mendapatkan apa yang saya kehendaki. saya yakin, kalaupun saya tidak bisa mewujudkan mimpi saya disini, maka ketika saya keluar nanti saya akan bisa mewujudkannya. saya yakin, diluar sana akan lebih banyak pengembangan keilmuan ini, dan saya harus mendapatkannya dari tempat lain, harus itu, saya yakin saya bisa, atas izin Allah SWT, Insya Allah, Amin Allahuma Amin...

harapan saya semoga adik adik kelas saya nanti tidak merasakan apa yang saya rasakan, artinya mereka tidak perlu tahu rasanya mengubur hidup-hidup ide dan semangat untuk fokus menggeluti satu bidang hanya karena prosedur dan kebijakan. semoga mereka tak pernah merasakan ini, karena jujur rasanya itu bikin DOWN banget banget banget... tetapi tidak apa apa, tetap semangat meraih mimpi, next kita rajut mimpi dan semangat lewat cadangan keilmuan lainnya yang juga saya minati, psikologi klinis dewasa, dengan bidang kekhususannya psikologi seksual, Bismillah SEMANGAT !!!


Sabtu, 15 September 2012

Hari itu Hari Penuh Pembelajaran

Jum'at, 8 September 2012

tepatnya pukul 12 siang ketika adzan Jum'atan berkumandang, sii hitam lenovo kesayangan saya beserta uang organisasi FLAT yang di amanahkan kepada saya sebesar 3.5jt beserta uang pribadi saya senilai 72rb RAIB di bawa orang. saya tahu betul siapa yang tega benar melakukan itu semua. pasalnya sebelum semua itu hilang, saya memang berinteraksi dahulu oleh seorang ibu ibu paruh baya yang sangat asing dan baru saya temui 1 jam sebelum kehilangan terjadi...

awalnya saat itu kira-kira waktu menunjukan pukul 11.00 WIB, saya tengah asyik menyetrika setumpukan baju dan kerudung yang memang sudah lama saya tunda, saya melakukan aktivitas ini dalam kamar baru saya di 101 gedung C Asrama Putri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tepat 1 minggu baru saya tempati. sudah dua tahun terakhir ini memang saya memiliki kewajiban untuk hidup di Asrama, maklum saja, Alahamdulillah saya mendapatkan beasiswa full S1 dari BUMN Perum Angkasa Pura II. tetapi, yaa itu tadi, saya wajib tinggal di asrama karena harus mengikuti serangkaian "pembinaan" yang katanya bertujuan untuk "mencetak mahasiswa yang mampu mengintegrasikan keilmuannya dengan nilai-nilai keagamaan" yang di dapat dari (Ma'had) pesantren tingkat mahasiswa ini, sebutannya pun "mahasantri" ngeri yaa !!! hahaha, tetapi sekarang saya belum ingin menjelaskan tentang itu, biarlah tentang hal ini saya bahas di posting berikutnya :D :D

oke cukup intermezzo nya, lanjut ke cerita sebelumnya, ketika saya tengah asyik bergelut dengan aktifitas ibu-ibu ini nyetrika -red- tiba-tiba sesosok perempuan asing lewat di hadapan saya, saat itu saya memang tengah menghadap ke pintu kamar yang memang sengaja saya buka karena gerah banget kalo lagi nyetrika pintu di tutup. berhubung kamar saya menghadap persis ke depan pintu yang mengarah ke kamar mandi, saya melihat orang itu masuk ke dalam kamar mandi, dan saya mendengar orang itu buang air kecil, melihat keadaan itu saya masih santai aja tanpa curiga sedikit pun, karena saya pikir mungkin dia adalah salah satu wali murid yang tengah mengantar anak nya yang akan tinggal atau kembali ke asrama, sebab saat itu kondisi asrama memang sedang sangat ramai oleh wali murid. kemudian sampai orang itu keluar dari kamar mandi, dan menengok ke arah saya, dan saya juga melihat dia, lalu saya masih santai dan kembali melanjutkan aktivitas.

tak lama sii ibu melewati kamar saya, selang beberapa detik, orang itu kembali secara tiba-tiba di hadapan saya, dengan menanyakan "ini aspi gedung C yaa ? yang suka di tempati mahasiswa pasca sarjana itu ?" lalu saya menjawab enteng "iya, mau cari siapa bu ? tapi orangnya sudah pindah kekostan semua, disini tinggal mahasiswa S1 saja." lalu sii ibu itu menjawab "iya, saya mau ketemu teman saya ibu ros, mau ke kostannya cuma gak tau, makanya disuruh menunggu disini dulu, nanti beliau yang samper saya kesini. boleh saya tunggu disini ?" lalu, karena saya tak ada satupun rasa curiga, maka saya mengamini saja keinginan beliau yang mau ikut menunggu dikamar saya, dan ini adalah kebodohan + kesalahan saya yang pertama (langsung welcome saja dengan orang  baru, dan langsung percaya saja dengan omongannya).

lalu tak lama setelah itu, dia bilang lagi "aduh, hape saya lowbat nih, mati banget gak bisa nyala, gimana mau menghubungi ibu ros nya yaa ?? kamu punya charger BB gak?" sambil menunjukan hape nya ke saya. lalu, saya enteng lagi jawabnya, "yaah saya hape nya nokia bu, ada charger jg nokia kecil".. sii ibu jawab lagi, "uhm, kalo begitu temannya ada yang punya gak?" "waduh gak ada bu, disini gak ada yang pake BB", lalu sii ibu pun memaksa saya untuk mengambilkannya, cuma saya bersikeras tidak mau, dengan berbagai alasan yang ngeles bajaj.. sampai pada sii ibu, menunggu di depan pintu kamar yang seolah seperti menghalangi jalan setiap orang yang hendak masuk ke kamar saya. dari situ lah saya terus dan terus di ajak si ibu ngobrol ngalor ngidul. karena saya gak ada perasaan curiga sama sekali, sambil sesekali saya menwarkan dia minum dan camilan yang memang saat itu lagi ada... sii ibu bilang "saya karyawan BII, mau mengambil S2 perbankan syariah di UIN, makanya mau nanya-nanya dulu sama bu ros" "rumah saya di pasar rebo", kira-kira itu lah percakapan yang saya ingat sampai saya memposting ini... (inilah kesalahan + kebodohan saya yang kedua, kenapa saya tidak menanyakan sedikitpun perihal nama nya)...

hingga, tibalah pada waktu dimana sii ibu itu menanyakan "kamu gak kuliah ? kalau mau kuliah, kamu mau rapi-rapi, beres-beres aja"... berhubung saya posisi nya memang sudah injury time mau masuk kuliah, dan masih dengan perasaan bodoh tanpa kecurigaan sedikitpun kepada sii ibu, maka saya tinggal lah, sii ibu sendirian di depan pintu kamar saya, dengan posisi laptop sedang di cas, dompet diatas kasur, tapi ketutupan guling, sama sejumlah uang di dalamnya, tak lupa saya menitipkan si ibu... selang beberapa waktu setelah itu, saya dengan wajah tanpa dosa dan beban keluar dari kamar mandi, dan melihat sii ibu sudah tidak ada. langsung dari situ saya terhenyak, "MATI TUH IBU GAK ADA !!! LAPTOP, MAMPUS GUE !!!" betul saja, laptop dan sejumlah uang yang ada di situ RAIB semua, yang tersisa hanya lah sii coklat hape saya, yang mungkin dia masih ada rasa kasihan jika ingin mengambilnya.. hmmmmmmmmmmmm

ini lah sepenggal pengalaman hidup saya, hahaha.. mau di sesali yaa, gimana lagi, namanya juga musibah, tetapi yasudah lah, saya tidak ingin menyalahkan siapapun termasuk satpam, atau teman-teman saya yang seharusnya saat itu bisa menjaga keamanan, pikir saya, inilah yang dinamakan musibah, yang pasti saya sudah ikhlas dengan semua nya. tetapi memang yang namanya PTSD (post traumatic syndrom) memang masih saya alami sampai detik ketika saya mengetik posting ini. yang namanya menjadi was was berlebihan, parno sendiri kalo di ajak interkasi sama orang asing, sampai jadi mengecek berulang-ulang kunci kamar ketika saya hendak keluar.

semua nya saya ikhlaskan Lillahi Ta'ala, semoga kedepannya masih banyak rezeki yang lebih barokah lagi untuk saya, si bungsu yang kata mamaa saya "sok culang cileung, gak cerdik, dan ciblo" hahaha, istilah sunda... terkadang memang masih ada perasaan, sayang yaa itu sii hitam, ada data kuliah yang penting dari semester 1, sampai foto-foto penuh kenangan yang tak mungkin bisa kembali lagi, jika dihitung usia nya sii hitam memang belum genap 1 tahun, saya membelinya 10 Sept 2011 hilang 8 Sept 2012, setahun kurang 2 hari cing !! walaupun masih muda hitungannya, tetapi sii hitam sangat berarti untuk saya, karena dia telah banyak berjasa menemani saya dalam kegalauan selama 1 tahun terakhir, dan sekarang saya memang sudah benar benar ikhlas untuk sii hitam... tetapi, tak apalah artinya saya sudah belajar untuk ikhlas kehilangan sesuatu yang saya sayangi... yang masih menjadi beban sampai detik ini adalah uang organisasi yang jumlahnya tak sedikit itu, saya terus terang menjadi kecewa dan acap kali marah kepada diri saya sendiri jika mengingat hal ini, bagaimana bisa saya teledor terhadap tanggung jawab yang orang berikan kepada saya, saya merasa menjadi orang yang tidak amanah... terkadang, saya pun masih merasa tak enak hati jika ingin bertemu teman teman di FLAT...

tetapi biar bagaimana pun saya terus berusaha untuk mencari jalan keluar untuk mengganti uang tersebut, walaupun tak mungkin saya mengantinya full dalam waktu dekat ini... Bismillah saya kerahkan ikhitiar, Allah yang berkehendak, keep fighting mbee !!!