Kamis, 27 Maret 2014

Salam Hangat, Aku kembali...

Finally, bisa juga aku menulis kembali di blog ini, setelah satu tahun terakhir disibukan dengan kegiatan menyelesaikan skripsi. hahaha! FYI sekarang aku sudah menjadi Sarjana Psikologi, Alhamdulillah. Sidangnya tanggal 14 Februari 2014 kemarin, sedangkan wisudanya Juni 2014 besok. Untuk saat ini, kegiatanku masih seputar apply sana sini resume, cv, di jobstreet. kemarin sudah ada satu panggilan interview, tapi tidak aku ambil, karena orang tua tidak mengizinkan. alasannya klasik, karena itu perusahaan yang punya orang china, orang singapore sebenarnya tetapi ada keturunan china. maklum orang tuaku sangat konservastif untuk urusan suku atau apalah itu. Aku sih mewajarkan saja, karena mereka orang-orang yang besar pada masa Indonesia masih belum stabil, masih pada zaman dimana salah satu suku mendominasi dan yang lainnya terbuang, klo Freud (tokoh psikoanalisa terkenal dari Austria) bilang orang-orang seperti ini bisa jadi mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak enak dengan suku-suku tertentu, kemudian berkembang menjadi stigma negatif yang akhirnya menjadi paradigma bahkan yang lebih ekstremnya lagi menjadi pandangan hidup untuk memutuskan sesuatu. Ayahku bilang "lebih baik menjadi budak negeri daripada menjadi budak China" budak negeri it means pegawai negeri dan budak china it means menjadi karyawan swasta yang pemiliknya orang China. sangat kolot memang, membatasi pergaulan dan pergerakan freshgraduate sepertiku, tapi mau bagaimana aku tetap menghormati pendapat mereka sebagai orang tuaku. karena biar bagaimanapun, aku bisa sampai menjadi sarjana seperti sekarang adalah karena jasa mereka. Sederhana, aku hanya ingin menjadi anak yang patuh dan berbakti terhadap orang tua. Terlepas dari pemikiran-pemikiran mereka yang memang kolot dan membatasi itu. Aku lebih memandangnya sebagai bentuk kasih sayang orang tua kepada anak, yang selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. "Terima kasih mamaa dan ayah, sudah menjadi orang tua  terbaik untuk neng" begitu kira-kira ucapan terima kasihku kepada mereka dalam kata pengantar di skripsiku.

Hmm, sudahlah, tak baik banyak membicarakan orang tua, aku ingin membagikan fotoku pasca sidang kemarin. Sidang itu berlangsung selama kurang lebih 1 setengah jam, banyak pertanyaan bertubi-tubi yang diajukan oleh pengujiku, dan Alhamdulillah aku bisa menjawab semuanya dengan baik. begitu juga dengan revisinya, sudah dapat ku selesaikan dengan baik, dan aku juga sudah terdaftar sebagai calon wisudawati di wisuda sarjan 93 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. baiklah, berikut foto-fotoku pasca sidang.

Ini tepat selesai aku sidang, teman baikku yang cantik Winda Luftikasaari, teman dari semasa aku SMA, dengan sangat perhatian membuatkan aku mahkota ala ratu dan selendang yang bertuliskan Reisha, S.Psi. terima kasih banyak winda :* oiya tak lupa ada pendukung teman-temanku yang lain, yang sudah mau repot-repot datang menyaksikan sidang skripsiku, berikut fotonya.
 
Perempuan cantik yang menggunakan baju hitam dengan corak merah muda disamping kiriku itu namanya Chaista Rahmanillah, teman sekelasku dari semester satu, cantik dan perempuan sunda banget. Dia yang selalu memotivasiku dan memberikan arahan kepadaku ketika aku mau bimbingan, karena dosen pembimbing kita sama, dia sudah selesai skripsinya dan sudah sidang dari november 2013 yang lalu, sudah wisuda juga maret 2014 kemarin. Selanjutnya ada perempuan sabar dan keibuan yang menggunakan kerudung hijau disebelah kananku, namanya Hawa Nadya Puspita. Dia juga teman seperjuangaku dari semester 1, dia juga yang mengajak dan memberikan aku informasi tentang adanya beasiswa BUMN yang akhirnya aku dan dia dapatkan. kami menjadi mahasiswa-mahasiswi tanggungan negara, yang Alhamdulillah selama S1 semua biaya perkuliahan kami dibiayai oleh BUMN Perum Angkasa Pura 2. Dan yang terakhir, perempuan yang terlihat ceria menggunakan kerudung biru itu yang namanya Winda, dia sangat tahu tentang diriku semenjak aku SMA, masih menjadi teman terbaik yang orangnya sangat kalem dan tidak mudah panik dalam keadaan apapun, orangnya nyantai, tapi pasti. FYI juga, dia sangat mengagumi sosok pria Jawa yang ulet dan pekerja keras lho. hehe. FYI lagi hawa dan winda juga sudah  menyelesaikan studinya dan sudah di wisuda juga maret 2014 yang lalu. Pada saat aku sidang, sebenarnya masih ada temanku satu lagi namanya Jonny pranata, tetapi dia sudah pulang duluan dan tidak sempat berfoto. Seharusnya temanku yang hadir lebih banyak dari ini, tetapi mereka tidak bisa datang, hanya ucapan selamat yang bergantian datang masuk ke hape ku, mereka tidak dapat hadir bukan karena tidak peduli, tetapi memang karena salahku yang memberitahukan mendadak, sejam sebelum sidangku di mulai. Aku hanya tidak mau mengganggu kegiatan teman-temanku pada saat itu. Tak apa, tapi ucapan selamat dan do'a dari mereka cukup berharga untuk menenangkan diriku saat mempresentasikan hasil penelitianku, dan menjawab semua pertanyaan dari penguji.

Terakhir ada laki-laki yang selalu setia menemaniku, laki-laki baik yang sudah 4 tahun terakhir ini selalu mengisi hari-hariku, Zaenal Muttaqien, S.S yang sekarang sedang menyusun thesis dan sebentar lagi meraih gelar strata 2 nya, toward M.Ud, semoga dilancarkan dan dimudahkan ya sayang :)

Malam harinya sebelum paginya sidang, dia dan aku latihan untuk simulasi sidang lho, aaah ide ini datang dari dia, memang dia paham apa yang aku butuhkan, terima kasih banyak sayang, thank you for always being best :*

Sabtu, 27 Oktober 2012

Karena saya memang berbeda

posting yang ini kiranya menjadi salah satu dari sekian banyak renungan saya tentang bagaimana setiap kejadian yang saya alami itu pasti mengandung banyak hikmah dan keberkahan yang luar biasa... pagi itu, tepatnya kemarin ketika hari raya Idul Adha, dimana jika kebanyakan orang lebih memilih berlibur untuk berkumpul dengan keluarga nya, ngasih makan embee dan sapi sana sini, sibuk bagiin hewan qurban, sampe sibuk nyate ini nyate itu. saya malah asyik tuh sama yang namanya tumpukan buku yang baru aja saya beli, di dalam kamar, tanpa peduli itu yang namanya keluarga yang lain lagi pada ngapain diluar. sebenarnya bukan karena gak mau, tapi saat itu memang ada prioritas lain diluar itu yang harus saya selesaikan dalam waktu dekat. proposal skripsi !!! yassalaaam...

hmmm, tiba tiba pintu kamar kebuka, terlihat lah kakak saya yang nomor 4 melihat kearah saya sambil geleng geleng kepala, dengan tatapan mata campur heran dan kayak sedikit kasian dia nanya "yaa ampun neng, umur lo berapa sii ??" trus saya cuma jawab singkat "21", trus dia lanjut ngomong, "yaa Allah, orang mah umur segitu udah pada nyari duit kemana mana, lu mah masih aja megang buku". abis ngomong gitu, pintu langsungg di tutup, dan sii kakak yang merasa tak berdosa ngeluyur meninggalkan saya begitu saja. lalu ada yang salah ?? pikir saya dalam hati begitu.

oke, saya memang satu satunya anak mama dan ayah yang disekolahkan sampai tingkat strata 1, yang lainnya paling tinggi D3. orientasi kehidupan dalam keluarga saya memang mempersiapkan anak-anaknya untuk bekerja, agar mampu secara mandiri mempersiapkan kehidupannya, mencari penghidupan yang lebih baik, dan agar tidak kesulitan ekonomi, semua silahkan dicari yang penting halal. karena memang pemikirannya praktis seperti itu, maka ilmu yang dicarinya pun, ilmu praktis yang penting dibutuhkan dunia kerja, bisa cari uang, membangun keluarga kecil lagi, setelah itu dan begitu seterusnya.

tapi untuk saya berbeda, pemikiran saya, jika memang menginginkan penghidupan yang lebih baik, maka ilmu yang dipunya pun harus lebih dari sekedar ilmu praktis, harus ilmu yang lebih agar bisa membantu kitanya pun lebih, tidak hanya penghidupan duniawi untuk keluarga saja, menjadi bermanfaat untuk orang lain juga penting, mempertinggi harkat dan martabat diri sendiri dan keluarga melalui pendidikan juga penting dan harus dipertimbangkan, masa mau hidup begini begini saja... ahh, saya mau menjadi sesuatu yang berbeda, yang melakukan terobosan disini, saya mau membuktikan bahwa apa yang saya yakini ini adalah benar adanya.

walaupun saya paling kecil dalam keluarga ini, terkadang tidak didengar pendapatnya, tapi yaa tidak apa apa, ini kan untuk saat ini, untuk nanti, bisa kita lihat bersama... :)

Jumat, 26 Oktober 2012

Berkerudung itu bukan Lifestlye

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...


saya memposting konten ini bukan berarti saya merasa sudah menjadi yang paling benar dalam kehidupan ini, khususnya kehidupan seorang muslimah. bukan berarti juga saya berasal dari kalangan Muslim aliran garis keras yang menolak perubahan. bukan berarti juga saya orang yang konservatif yang tidak menginginkan adanya inovasi dalam kehidupan ini. saya hanyalah muslimah biasa yang pengetahuan keagamaannya pun tergolong biasa biasa saja, saya memposting konten ini hanyalah ingin memberikan pandangan tersendiri mengenai pergeseran nilai dan budaya yang semakin luas beberapa waktu terakhir ini.

Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin, memang mewajibkan setiap kaum perempuannya yang disebut muslimah disini untuk mengenakan jilbab ketika ia hendak keluar dari rumah ataupun ketika bertemu dengan yang bukan mahramnya. Rasulullah saw, pun bersabda yang diriwayatkan oleh sahabatnya bahwa diwajibkan kepada setiap muslimah untuk mengulurkan jilbabnya sampai menutupi dada. tujuan dari perintah ini adalah tak lain dan tak bukan untuk menjaga kehormatan dari muslimah itu sendiri.

setiap muslimah diberi anugerah oleh Allah swt dengan memiliki seribu daya tarik dan keindahan melalui kemolekan tubuh dan wajahnya untuk dijaga kesuciannya sampai pada saatnya tiba keindahan tersebut hanya boleh dilihat dan diperuntukan bagi suaminya kelak. dalam konteks ini sebelum muslimah yang bersangkutan itu dipertemukan oleh pasangannya, sudah menjadi suatu kewajibannya untuk menjaga dan merawat keindahannya itu. tetapi menurut pengamatan saya beberapa waktu terakhir ini, sepertinya perempuan lebih mengutamakan nafsu dunia nya ketimbang untuk menjaga anugerah ini. mengapa hal ini dapat terjadi demikian ???

model budaya "hijab" yang sekarang tengah digandrungi oleh para wanita dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, ibu-ibu, hingga nenek-nenek ini memang sangat pesat perkembangannya. tak heran memang, role model yang ditampilkan sebagai ikon muslimah yang tetap trendy "sesuai syari'ah" ini menjadi daya tarik tersendiri. mereka cantik, modis, anggun, tetapi terlihat sopan dan menarik. baik memang di satu sisi sebagai kemajuan dari dunia fashion muslimah, untuk lebih membumikan budaya penutup kepala dikalangan barat, agar para muslimah dapat lebih diterima keberadaannya.

tetapi yang menjadi menjadi catatan penting saya adalah, bagaimana tidak dengan berbagai terobosan memadumadankan warna yang cantik, menarik mata, dan full color ini, dengan berbagai mode baju yang menjuntai ke kanan dan ke kiri. terlihat cantik dan sangat menarik perhatian memang, tidak hanya untuk kalangan laki-laki pastinya, tetapi dari kaum hawa sendiri pun, hal ini menjadi hal yang menarik untuk ditiru. tak ayal, dampaknya adalah perkembangan industri modiste berkembang pesat. harga yang terkadang menurut saya tidak rasional untuk sepotong kain yang hanya di gunting kemudian di neci, sudah bisa menjadi baju pun ditawarkan dalam berbagai corak dan warna.

belum lagi bahan yang tipis menyebabkan terlihat menerawangi lengkuk tubuh indah dari muslimah itu. sampai sampai teman laki-laki saya pernah bilang "cewek zaman sekarang mah begitu yaa, emang sii udah gak ngetat ngetat lagi bajunya tapi warnanya yang tembus pandang itu, bikin nerawang nerawang kemana mana, bikin kepala atas bawah pusing" tak bisa dibayangkan memang seberapa jauh pikiran liar yang akan muncul ketika para lelaki melihat hal ini.

disatu sisi saya senang dengan keberadaan komunitas berkerudung gaya ini ada dimana mana sebab dapat menjadi salah satu indikator kemajuan dunia fashion muslimah tadi. tetapi di sisi lain yang tidak dapat saya jelaskan dengan logika saya adalah ketika hal ini dijadikan tameng bagi para kaum muslimah untuk berburu baju baju mahal yang sebenarnya bukan untuk inovasi dalam berpakaian sesuai syari'ah Islam, tetapi lebih kepada untuk memuaskan nafsu konsumerisme nya saja. wajar memang kaum muslimah itu suka dengan berbelanja, apalagi untuk menyenangkan suami, wajib malah. tetapi menjadi hal yang tidak baik saja jika hal tersebut berlebihan dan hanya menghabiskan banyak uang untuk membeli peralatan beserta aksesorisnya.

belum lagi bagi para muslimah yang menjadi model kerudung sejuta gaya ini hanya untuk ikut-ikutan saja atau hanya karena melihat hal ini sebagai sesuatu yang mereka biasa sebut "lucu", padahal secara batiniah dia belum siap untuk berkerudung misalnya. jadi nanti pake kerudung nanti engga. jadi labil banget gak sii keliatannya... apalagi dikampus saya, yang katanya orang orang kampus Islam terbesar ini, perkembangan pesat tentang model kerudung sejuta gaya ini tumbuh subur makmur gemah lipah lhok jinawi. cuma yang saya amati sekali lagi, model berkerudung sejuta gaya ini malah menjadikan mahasiswi ditempat saya berkuliah menjadi berlebihan yaa pakaiannya ??? padahal cuma mau ke kampus, emang dikampus mau di lihat siapa sii... jadi sekarang yang namanya dandanan kuliah sama kondangan itu gak ada bedanya. kan jadi aneh ngeliatnya, berlebihan aja...

hmmmmmm, dari sekian banyak analisa, bukan berarti saya gak mau berkerudung dengan sejuta gaya lho, saya juga sering pakai kerudung sejuta gaya ini, cuma InsyaAllah saya masih bisa meregulasi tempat dan pakaian dimana saya harus tampil total dengan penampilan saya, dimana saya harus tampil dengan kesederhanaan saya. dimana saya juga harus pandai mempertimbangkan kemampuan ekonomi saya untuk membeli fashion yang tidak ketinggalan zaman dengan tetap mengindahkan barang dengan harga yang rasional. yaa saran hemat saya, yang penting kita pandai untuk meregulasi diri kita sendiri untuk memfilterisasi perubahan perubahan besar yang terlihat kecil di sekitar kita... cantik itu tidak harus mahal, cantik itu sederhana, sesederhana kita memaknai kecantikan yang alami :)

sekian, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dari posting ini...

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Selasa, 18 September 2012

Bismillah, kuatkan yaa Allah...

Yaa Allah, memang benar hanya Engkau sang maha pemilik hati yang membolak balikan dan mengendalikan hati ini, Engkau sang maha kuasa dan berkehendak atas segala yang ada terjadi atas diri ini, yang mungkin menurut hamba baik, belum tentu menurut Mu, yang mungkin menurut hamba buruk, bisa saja menurut Mu baik, semua kuserahkan hanya kepada Mu yaa Allah...

sebulan terakhir ini, benar benar saya merasakan gesekan yang kuat dalam beberapa peristiwa di kehidupan ini, mulai dari kehilangan barang yang saya sayangi dan kehilangan amanah yang dititipkan orang untuk saya,  pencarian tema skripsi yang beberapa sudah dapat tetapi ternyata tak bisa, hingga terkadang merasa mendapat penolakan dari berbagai pihak, yang sebenarnya entah itu hanya perasaan saya saja atau memang benar. beberapa kali merasa bahwa ikhtiar yang dilakukan seolah sia-sia, yaa Allah kuatkan yaa Allah...

Senin, 17 September 2012

Seputar Kekecewaan, Harapan, dan Mimpi...

awalnya saya memang tak ada ketertarikan sejauh ini sebelum saya mengenal seorang dosen tetap fakultas psikologi UI yang kebetulan mengajar juga di fakultas psikologi UIN Jakarta, Dicky Pelupessy, Msc nama lengkapnya. beliau mengajar mata kuliah peminatan psikologi lintas budaya yang saya ambil di semester 6 kemarin. awalnya saya amat tertarik dengan mata kuliah peminatan ini, karena sejak SMA saya sangat tertarik dengan bahan bacaan atau hal hal yang berkenaan dengan pelajaran sosial ataupun budaya, banyak orang bilang ke saya, klo saya ini memang "orang sosial banget". kemudian berangkat dari ketertarikan orang awam inilah saya memutuskan untuk mengambil matakuliah psikologi lintas budaya, di awal ekspektasi saya mungkin akan ada banyak mahasiswa yang tertarik dengan peminatan ini, tetapi ekspektasi ini pun luntur seiring berjalannya hari pertama masuk kuliah.

saat itu, karena dalam sistem informasi tertulis bahwa matakuliah ini berjadwal di hari kamis siang, maka saya pun masuk ke dalam kelas tersebut dan ternyata tak ada satupun orang dikelas itu. kemudian tak lama dari itu, datang sesosok pria paruh baya yang masuk kelas dengan dandanan casual dan necis, awalnya saya pikir mahasiswa kelas ekstensi, tetapi ternyata pria itu adalah bapak Dicky dosen yang mengajar, setelah pertemuan ini, kami berharap ada kesalahan informasi tentang jadwal, kemudian di jadwal selanjutnya akan ada banyak mahasiswa yang ikut matakuliah ini, tetapi kenyataannya tidak, ternyata yang mengambil matakuliah ini hanya tiga orang, ada saya, teman saya thata, dan satu lagi, saya lupa namanya siapa tetapi dia tak pernah masuk kelas, mungkin karena dia pikir kelasnya sudah ditutup karena isu yang beredar saat itu, untuk matakuliah peminatan yang tidak memenuhi kuota minimal maka di tutup. hmmmm, saya juga berpikir mungkin benar akan ditutup, tetapi ternyata tidak, saya dan thata bersikeras meminta kepada bagian akademik fakultas untuk tetap membuka kelas ini, karena kami berdua sangat antusias untuk mengikutinya, akhirnya kata bu lili (kabag akademik fakultas) "gak apa apa, walaupun cuma berdua, kalian tetap belajar aja, toh sekarang kan sedang booming fenomena fenomena sosial, akan sangat menjadi menarik itu pastinya kalau kalian bisa menjadi psikolog sosial." dengan berbekal motivasi ini, saya dan kemungkinan besar thata juga berpikiran hal yang sama, semakin semangat untuk mendalami dan mempelajari, apa sebenarnya psikologi lintas budaya itu sendiri, Bismillahirahmanirrahim, dalam hati saya meneguhkan niat untuk mencari ilmu yang sangat menarik ini, semoga bermanfaat dan barokah ilmunya, dalam hati saya bergumam.

seiring waktu berjalan, minggu ke minggu kami belajar dengan pak dicky seperti orang privat karena memang hanya berdua, terkadang di beberapa pertemuan ada teman-teman yang menjadi "mustami", sekali dua kali datang untuk mendengarkan, tetapi teman teman mustami ini, tidak menjadi mahasiswa tetap matakuliah ini, yang menjadi mahasiswa tetapnya dalam satu semester yaa hanya saya berdua, saya dan thata. pernah beberapa kali kami ikut belajar di kelas pak dicky yang di UI belajar bersama mahasiswa UI menjadi pengalaman tersendiri untuk saya, karena dari sini, saya mendapat pandangan baru tentang model budaya dan pembelajaran di Universitas nomor 1 di Indonesia itu.

sosok pak dicky merupakan sosok yang sangat menginspirasi untuk saya, karena baru kali ini saya menemukan dosen yang sangat berdedikasi tinggi, rela datang jauh jauh dari depok hanya untuk mengajar dua mahasiswi nya yang haus akan keilmuan yang baru. mengapa saya anggap baru, karena pada semester sebelumnya, saya mengambil matakuliah yang erat dengan matakuliah ini, psikologi sosial, itu sama sekali tidak mendapat apapun yang saya inginkan, 2 semester sebanyak 6 sks saya habiskan dengan begitu saja tanpa mendapat apapun dari situ. tidak ingin sebenarnya saya menyalahkan dosen, yang memang mengajarkan nya jauh dari materi yang berkenaan dengan matakuliah yang bersangkutan. maklum saja, dosen itu, professor memang, tetapi beliau sudah sangat uzur, menurut teori perkembangan, wajar sekali memang di usia beliau yang sudah senja, menjadi sangat rentan untuk berbicara agak "ngawur" dan ngalor ngidul kemana mana. tetapi saya yakini, jika saja saya di ajarkan oleh beliau beberapa puluh tahun kebelakang saja, mungkin pembahasan yang akan dibahas tak menjadi tentang cerita gaji pensiunnya, cucu nya, segitiga bermuda, cinta monyet, ataupun tentang pengalaman pribadinya yang lain, yang samasekali tidak ada dalam materi SAP nya. saya dengan segala kerendahan hati pun dapat memaklumi beliau dan tidak ingin menyalahkan beliau, kan "orang tua berbicara masa lalu, anak muda berbicara masa depan" jadi mau dipertemukan seperti apapun akan tidak ketemu karena memang bersebrangan. gak akan ketemu ujung pangkalnya dimana. tetapi memang disadari ataupun tidak, secara tidak langusung pengalaman pada matakuliah psikologi sosial 1 dan 2 ini, benar-benar seperti menjadi awal yang selanjutnya melahirkan stereotipe bahwa psikologi sosial itu tidak menarik. terbukti dari kuantitas mahasiswa yang mengambil matakuliah peminatan psikologi lintas budaya amat sedikit, tak sampai 5 orang. saya rasa ini juga menjadi PR besar pihak akademik fakultas, sebenarnya apa salah ? toh jika membaca materi-materi dan kajian psikologi sosial, sangat menarik, karena langsung benar-benar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

yang menjadi kekecewaan saya saat ini adalah, bagaimana bisa saya yang sudah selama kurang lebih 2 minggu terakhir ini penuh semangat menggebu-gebu mencari bahan skripsi yang akan mengangkat tema psikologi sosial, harus dibenamkan begitu hanya karena kebijakan pihak akademik fakultas yang menurut saya sangat tidak relevan. peminatan wajib lanjutan psikologi sosial yakni psikologi lingkungan dinyatakan DITUTUP hanya karena kuantitas dari jumlah peminat yang sedikit, padahal ada 5 orang, jauh lebih banyak dari ketika saya mengambil matakuliah psikologi lintas budaya yang hanya 2 orang.  sebenarnya waktu itu, psikologi lintas budaya juga akan ditutup, cuma karena waktu itu pak dicky sang dosen inspiratif juga bersemangat untuk mengajar, lalu ibu lili dari kabag akademik membolehkan, akhirnya KBM pun tetap dapat dijalankan dengan baik. dari kejadian ini, saya benar benar dapat menilai, mana dosen yang memang benar-benar ingin mengabdikan dirinya pada pengembangan SDM dan ilmu pengetahuan, mana yang hanya kaku dan terpusat pada prosedur dan kebijakan. sangatlah dzolim menurut saya jika kita mengubur hidup-hidup semangat dan ide dari seorang "dungu" yang berusaha ingin menjadi sang "pembelajar". apakah bijak, jika kita menghalangi keinginan orang yang ingin belajar mendalami sesuatu hanya karena tidak sesuai prosedur, apalagi hanya berkenaan dengan kuantitas manusianya. IRONIS !!!

harapan saya yang awalnya ingin menjadi seorang psikolog yang ahli dalam perspektif sosial dan mampu mengkaji faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap aspek seseorang di perilaku nya secara mendalam, ternyata harus saya tunda sepertinya sampai benar-benar saya melanjutkan pendidikan saya ke S2 nanti. mimpi saya yang ingin membuat skripsi yang sampai bisa dijadikan buku bertajuk, pengaruh dukungan sosial terhadap perkembangan feminisme di Indonesia harus saya kunci dulu hingga menemukan waktu dan tempat yang tepat untuk kembali membukanya. tempat saya berada saat ini sepertinya memang kurang mendukung mimpi dan semangat pada bidang yang saya minati. penciptaan atmosfer peminatan mayoritas yang populer dan minoritas yang tidak populer menjadi semakin jelas terasa di fakultas ini. sedih memang, tetapi tak apa,

saya tetap mempercayai bahwa Allah selalu menyiapkan segala yang jauh lebih baik untuk diri saya ketika saya tidak mendapatkan apa yang saya kehendaki. saya yakin, kalaupun saya tidak bisa mewujudkan mimpi saya disini, maka ketika saya keluar nanti saya akan bisa mewujudkannya. saya yakin, diluar sana akan lebih banyak pengembangan keilmuan ini, dan saya harus mendapatkannya dari tempat lain, harus itu, saya yakin saya bisa, atas izin Allah SWT, Insya Allah, Amin Allahuma Amin...

harapan saya semoga adik adik kelas saya nanti tidak merasakan apa yang saya rasakan, artinya mereka tidak perlu tahu rasanya mengubur hidup-hidup ide dan semangat untuk fokus menggeluti satu bidang hanya karena prosedur dan kebijakan. semoga mereka tak pernah merasakan ini, karena jujur rasanya itu bikin DOWN banget banget banget... tetapi tidak apa apa, tetap semangat meraih mimpi, next kita rajut mimpi dan semangat lewat cadangan keilmuan lainnya yang juga saya minati, psikologi klinis dewasa, dengan bidang kekhususannya psikologi seksual, Bismillah SEMANGAT !!!


Sabtu, 15 September 2012

Hari itu Hari Penuh Pembelajaran

Jum'at, 8 September 2012

tepatnya pukul 12 siang ketika adzan Jum'atan berkumandang, sii hitam lenovo kesayangan saya beserta uang organisasi FLAT yang di amanahkan kepada saya sebesar 3.5jt beserta uang pribadi saya senilai 72rb RAIB di bawa orang. saya tahu betul siapa yang tega benar melakukan itu semua. pasalnya sebelum semua itu hilang, saya memang berinteraksi dahulu oleh seorang ibu ibu paruh baya yang sangat asing dan baru saya temui 1 jam sebelum kehilangan terjadi...

awalnya saat itu kira-kira waktu menunjukan pukul 11.00 WIB, saya tengah asyik menyetrika setumpukan baju dan kerudung yang memang sudah lama saya tunda, saya melakukan aktivitas ini dalam kamar baru saya di 101 gedung C Asrama Putri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tepat 1 minggu baru saya tempati. sudah dua tahun terakhir ini memang saya memiliki kewajiban untuk hidup di Asrama, maklum saja, Alahamdulillah saya mendapatkan beasiswa full S1 dari BUMN Perum Angkasa Pura II. tetapi, yaa itu tadi, saya wajib tinggal di asrama karena harus mengikuti serangkaian "pembinaan" yang katanya bertujuan untuk "mencetak mahasiswa yang mampu mengintegrasikan keilmuannya dengan nilai-nilai keagamaan" yang di dapat dari (Ma'had) pesantren tingkat mahasiswa ini, sebutannya pun "mahasantri" ngeri yaa !!! hahaha, tetapi sekarang saya belum ingin menjelaskan tentang itu, biarlah tentang hal ini saya bahas di posting berikutnya :D :D

oke cukup intermezzo nya, lanjut ke cerita sebelumnya, ketika saya tengah asyik bergelut dengan aktifitas ibu-ibu ini nyetrika -red- tiba-tiba sesosok perempuan asing lewat di hadapan saya, saat itu saya memang tengah menghadap ke pintu kamar yang memang sengaja saya buka karena gerah banget kalo lagi nyetrika pintu di tutup. berhubung kamar saya menghadap persis ke depan pintu yang mengarah ke kamar mandi, saya melihat orang itu masuk ke dalam kamar mandi, dan saya mendengar orang itu buang air kecil, melihat keadaan itu saya masih santai aja tanpa curiga sedikit pun, karena saya pikir mungkin dia adalah salah satu wali murid yang tengah mengantar anak nya yang akan tinggal atau kembali ke asrama, sebab saat itu kondisi asrama memang sedang sangat ramai oleh wali murid. kemudian sampai orang itu keluar dari kamar mandi, dan menengok ke arah saya, dan saya juga melihat dia, lalu saya masih santai dan kembali melanjutkan aktivitas.

tak lama sii ibu melewati kamar saya, selang beberapa detik, orang itu kembali secara tiba-tiba di hadapan saya, dengan menanyakan "ini aspi gedung C yaa ? yang suka di tempati mahasiswa pasca sarjana itu ?" lalu saya menjawab enteng "iya, mau cari siapa bu ? tapi orangnya sudah pindah kekostan semua, disini tinggal mahasiswa S1 saja." lalu sii ibu itu menjawab "iya, saya mau ketemu teman saya ibu ros, mau ke kostannya cuma gak tau, makanya disuruh menunggu disini dulu, nanti beliau yang samper saya kesini. boleh saya tunggu disini ?" lalu, karena saya tak ada satupun rasa curiga, maka saya mengamini saja keinginan beliau yang mau ikut menunggu dikamar saya, dan ini adalah kebodohan + kesalahan saya yang pertama (langsung welcome saja dengan orang  baru, dan langsung percaya saja dengan omongannya).

lalu tak lama setelah itu, dia bilang lagi "aduh, hape saya lowbat nih, mati banget gak bisa nyala, gimana mau menghubungi ibu ros nya yaa ?? kamu punya charger BB gak?" sambil menunjukan hape nya ke saya. lalu, saya enteng lagi jawabnya, "yaah saya hape nya nokia bu, ada charger jg nokia kecil".. sii ibu jawab lagi, "uhm, kalo begitu temannya ada yang punya gak?" "waduh gak ada bu, disini gak ada yang pake BB", lalu sii ibu pun memaksa saya untuk mengambilkannya, cuma saya bersikeras tidak mau, dengan berbagai alasan yang ngeles bajaj.. sampai pada sii ibu, menunggu di depan pintu kamar yang seolah seperti menghalangi jalan setiap orang yang hendak masuk ke kamar saya. dari situ lah saya terus dan terus di ajak si ibu ngobrol ngalor ngidul. karena saya gak ada perasaan curiga sama sekali, sambil sesekali saya menwarkan dia minum dan camilan yang memang saat itu lagi ada... sii ibu bilang "saya karyawan BII, mau mengambil S2 perbankan syariah di UIN, makanya mau nanya-nanya dulu sama bu ros" "rumah saya di pasar rebo", kira-kira itu lah percakapan yang saya ingat sampai saya memposting ini... (inilah kesalahan + kebodohan saya yang kedua, kenapa saya tidak menanyakan sedikitpun perihal nama nya)...

hingga, tibalah pada waktu dimana sii ibu itu menanyakan "kamu gak kuliah ? kalau mau kuliah, kamu mau rapi-rapi, beres-beres aja"... berhubung saya posisi nya memang sudah injury time mau masuk kuliah, dan masih dengan perasaan bodoh tanpa kecurigaan sedikitpun kepada sii ibu, maka saya tinggal lah, sii ibu sendirian di depan pintu kamar saya, dengan posisi laptop sedang di cas, dompet diatas kasur, tapi ketutupan guling, sama sejumlah uang di dalamnya, tak lupa saya menitipkan si ibu... selang beberapa waktu setelah itu, saya dengan wajah tanpa dosa dan beban keluar dari kamar mandi, dan melihat sii ibu sudah tidak ada. langsung dari situ saya terhenyak, "MATI TUH IBU GAK ADA !!! LAPTOP, MAMPUS GUE !!!" betul saja, laptop dan sejumlah uang yang ada di situ RAIB semua, yang tersisa hanya lah sii coklat hape saya, yang mungkin dia masih ada rasa kasihan jika ingin mengambilnya.. hmmmmmmmmmmmm

ini lah sepenggal pengalaman hidup saya, hahaha.. mau di sesali yaa, gimana lagi, namanya juga musibah, tetapi yasudah lah, saya tidak ingin menyalahkan siapapun termasuk satpam, atau teman-teman saya yang seharusnya saat itu bisa menjaga keamanan, pikir saya, inilah yang dinamakan musibah, yang pasti saya sudah ikhlas dengan semua nya. tetapi memang yang namanya PTSD (post traumatic syndrom) memang masih saya alami sampai detik ketika saya mengetik posting ini. yang namanya menjadi was was berlebihan, parno sendiri kalo di ajak interkasi sama orang asing, sampai jadi mengecek berulang-ulang kunci kamar ketika saya hendak keluar.

semua nya saya ikhlaskan Lillahi Ta'ala, semoga kedepannya masih banyak rezeki yang lebih barokah lagi untuk saya, si bungsu yang kata mamaa saya "sok culang cileung, gak cerdik, dan ciblo" hahaha, istilah sunda... terkadang memang masih ada perasaan, sayang yaa itu sii hitam, ada data kuliah yang penting dari semester 1, sampai foto-foto penuh kenangan yang tak mungkin bisa kembali lagi, jika dihitung usia nya sii hitam memang belum genap 1 tahun, saya membelinya 10 Sept 2011 hilang 8 Sept 2012, setahun kurang 2 hari cing !! walaupun masih muda hitungannya, tetapi sii hitam sangat berarti untuk saya, karena dia telah banyak berjasa menemani saya dalam kegalauan selama 1 tahun terakhir, dan sekarang saya memang sudah benar benar ikhlas untuk sii hitam... tetapi, tak apalah artinya saya sudah belajar untuk ikhlas kehilangan sesuatu yang saya sayangi... yang masih menjadi beban sampai detik ini adalah uang organisasi yang jumlahnya tak sedikit itu, saya terus terang menjadi kecewa dan acap kali marah kepada diri saya sendiri jika mengingat hal ini, bagaimana bisa saya teledor terhadap tanggung jawab yang orang berikan kepada saya, saya merasa menjadi orang yang tidak amanah... terkadang, saya pun masih merasa tak enak hati jika ingin bertemu teman teman di FLAT...

tetapi biar bagaimana pun saya terus berusaha untuk mencari jalan keluar untuk mengganti uang tersebut, walaupun tak mungkin saya mengantinya full dalam waktu dekat ini... Bismillah saya kerahkan ikhitiar, Allah yang berkehendak, keep fighting mbee !!!

Selasa, 28 Agustus 2012

Teologi-Keterbatasan Manusia-Orang tua-Anak

Bukan apa apa, bukan siapa siapa, ketika Tuhan memiliki Power dengan konsep Teologi nya, lantas bagaimana dengan seorang manusia yang memang diciptakan penuh dengan keterbatasan dan banyak kekurangan... tetapi Tuhan memang maha adil atas segala yang ada diciptakannya tersebut ketika Tuhan dengan kehendak-Nya menciptakan manusia dengan penuh keterbatasan dan banyak kekurangan, maka selanjutnya Tuhan memberikan suatu ilham kepada manusia itu sendiri agar ia mampu memanipulasi keterbatasannya dan mampu mengkoordinir kekurangannya untuk tidak terlihat sebagai kekurangan melainkan sebagai kelebihan, lantas apakah ilham yang dimaksud ??? yaa, akal... tak ada satupun makhluk lainnya yang pernah Ia ciptakan dan diberi anugerah akal seperti manusia... malaikat sekalipun tak memiliki nya, hanya manusia, Subhanallah...

konsep ketuhanan yang satu ini saya akan coba terjemahkan dan kondisikan seperti hubungan antara anak dan orang tua... tujuannya sederhana hanya agar lebih mudah dipahami dan untuk menjadi suatu hal yang lebih relevan saja untuk diterima si "akal" tadi... tetapi terlepas dari itu saya akan tetap memasukan unsur pengalaman pribadi dan pengamatan empiris langsung yang telah saya lakukan...

hubungan antara orang tua dan anak selayaknya memang saling menyayangi, menghormati, menghargai, dan tak terlepas dari saling "membutuhkan" dan saling "menaruh harapan"... kenapa untuk dua kata kerja yang terakhir saya beri tanda kutip ??? is there anything wrong ??? jawabannya tidak ada yang salah, hanya saja ada hal lain yang lebih luas term nya untuk dijelaskan lebih lanjut tentang terjemahan luas dari kata kerja yang dikutip tadi, let we see...

kenapa antara anak dan orang tua harus ada kata kerja saling membutuhkan ??? tidak kah semua yang telah dilakukan atau diberikan itu semata mata karena ketulusan satu sama lain ??? tunggu dulu, jangan terlalu sempit untuk mengartikan makna saling membutuhkan itu cenderung ke arah yang negatif karena biasanya ada unsur kepentingan disana... membutuhkan yang dimaksud disini adalah ketika memang sangat membutuhkan posisi dan peran orang tua mereka ketika mereka masih kecil, hingga remaja, dan tumbuh menjadi dewasa dengan pribadi yang matang... tentu bukan suatu proses yang singkat dan mudah, disana membutuhkan bimbingan materil maupun moril pastinya... lalu bagaimana posisi orang tua yang membutuhkan anak nya, setiap orang tua membutuhkan anak untuk melanjutkan generasi mereka dan untuk bergantian bagaimana ketika orang tua ini benar benar menjadi tua, butuh pula bimbingan materi karena mungkin mereka tak mampu lagi untuk mencari nya sendiri... hidup itu memang saling membutuhkan, itu lah kenapa manusia dikatakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain termasuk orang tua ke anak ataupun sebaliknya...

selanjutnya menaruh harapan, ketika memang seorang anak menaruh harapan kepada orang tua mereka untuk menjadi orang tua yang lebih moderat dan mampu mengerti apa yang mereka inginkan dan butuhkan, sejatinya sii anak itu pun sudah menaruh harapan kepada sang orang tua untuk dapat berpikir dengan pola pandangan seperti pola pandangan sii anak... lalu untuk menaruh harapan anak dari orang tua, saya rasa semua orang sudah dapat menerjemahkan term ini secara universal karena inilah yang biasanya lebih mendominasi dalam kehidupan sebuah keluarga... orang tua yang menaruh harapan agar anaknya dapat menjadi orang sukses, dapat menjadi seorang yang lebih maju dari dirinya, dapat menjadi orang yang berguna untuk keluarga dan lingkungan masyarakat, dapat membantu keluarga nya yang lain, dapat menjadi panutan, dapat menjadi seseorang yang memang patut mereka banggakan... kurang lebihnya seperti itu kira-kira...

lalu apa hubungan konsep teologi dengan peran antar orang tua dan anak yang saya maksud disini ??? konsep teologi sebenarnya merupakan term yang cakupannya sangat luas jika memang mau dikaji secara mendalam dan detail, menarik sekali memang, tetapi untuk saat ini biarkan saya mengkaji sesuai dengan apa yang sudah saya pahami saja terlebih dahulu... baiklaa, ketika Tuhan mempunyai power untuk memberikan suatu keistimewaan pada setiap manusia dengan akal, maka harapan Tuhan adalah manusia akan dapat secara mampu memanipulasi kekurangan dan keterbatasan yang mereka miliki pula... harapannya tak lain untuk dapat bertahan hidup, mengelola bumi beserta isi nya, serta beribadah kepada-Nya... dalam konsep Nya ini, manusia pun menjadi terbagi ke berbagai macam golongan, ada yang dapat dengan mampu memaksimalkan akal mereka dan membantu penghidupannya, ada pula yang tidak secara jeli memaksimalkan akalnya hingga banyak yang gagal dalam mengartikan kehidupan...

selanjutnya bagaimana dengan orang tua dan anak... orang tua yang memang paham betul akan kondisi dan keadaan anaknya, maka akan dengan secara "tulus" memberikan penghidupan dan pendidikan yang layak semampu mereka untuk memaksimalkan potensi si anak agar menjadi seorang yang sesuai dengan harapan mereka... namun karena terkadang sudut pandang antara orang tua dan anak itu sangat berbeda, maka timbulah kompleksivitas yang cukup tajam dalam sebuah kehidupan... ada yang memang menjadi anak menurut saja terhadap apa saja yang orang tua mereka katakan, lalu ada juga yang memberontak, tetapi yang menjadi catatan saya, kenapa selalu saja ketika ada anak yang memberontak dari keinginan orang tua, maka kehidupannya pun tidak semulus dengan apa yang diharapkan... tetapi dibeberapa kasus ada yang berbeda, tetapi saya memaknai ini sebagai "POWER" dari orang tua kepada anaknya yang sekurang-kurangnyaa mirip dengan "POWER" yang di miliki Tuhan kepada Manusia...

*Hidup adalah menghidupi dan menghidupkan kehidupan demi pencapaian kehidupan yang lebih baik