Selasa, 28 Agustus 2012

Teologi-Keterbatasan Manusia-Orang tua-Anak

Bukan apa apa, bukan siapa siapa, ketika Tuhan memiliki Power dengan konsep Teologi nya, lantas bagaimana dengan seorang manusia yang memang diciptakan penuh dengan keterbatasan dan banyak kekurangan... tetapi Tuhan memang maha adil atas segala yang ada diciptakannya tersebut ketika Tuhan dengan kehendak-Nya menciptakan manusia dengan penuh keterbatasan dan banyak kekurangan, maka selanjutnya Tuhan memberikan suatu ilham kepada manusia itu sendiri agar ia mampu memanipulasi keterbatasannya dan mampu mengkoordinir kekurangannya untuk tidak terlihat sebagai kekurangan melainkan sebagai kelebihan, lantas apakah ilham yang dimaksud ??? yaa, akal... tak ada satupun makhluk lainnya yang pernah Ia ciptakan dan diberi anugerah akal seperti manusia... malaikat sekalipun tak memiliki nya, hanya manusia, Subhanallah...

konsep ketuhanan yang satu ini saya akan coba terjemahkan dan kondisikan seperti hubungan antara anak dan orang tua... tujuannya sederhana hanya agar lebih mudah dipahami dan untuk menjadi suatu hal yang lebih relevan saja untuk diterima si "akal" tadi... tetapi terlepas dari itu saya akan tetap memasukan unsur pengalaman pribadi dan pengamatan empiris langsung yang telah saya lakukan...

hubungan antara orang tua dan anak selayaknya memang saling menyayangi, menghormati, menghargai, dan tak terlepas dari saling "membutuhkan" dan saling "menaruh harapan"... kenapa untuk dua kata kerja yang terakhir saya beri tanda kutip ??? is there anything wrong ??? jawabannya tidak ada yang salah, hanya saja ada hal lain yang lebih luas term nya untuk dijelaskan lebih lanjut tentang terjemahan luas dari kata kerja yang dikutip tadi, let we see...

kenapa antara anak dan orang tua harus ada kata kerja saling membutuhkan ??? tidak kah semua yang telah dilakukan atau diberikan itu semata mata karena ketulusan satu sama lain ??? tunggu dulu, jangan terlalu sempit untuk mengartikan makna saling membutuhkan itu cenderung ke arah yang negatif karena biasanya ada unsur kepentingan disana... membutuhkan yang dimaksud disini adalah ketika memang sangat membutuhkan posisi dan peran orang tua mereka ketika mereka masih kecil, hingga remaja, dan tumbuh menjadi dewasa dengan pribadi yang matang... tentu bukan suatu proses yang singkat dan mudah, disana membutuhkan bimbingan materil maupun moril pastinya... lalu bagaimana posisi orang tua yang membutuhkan anak nya, setiap orang tua membutuhkan anak untuk melanjutkan generasi mereka dan untuk bergantian bagaimana ketika orang tua ini benar benar menjadi tua, butuh pula bimbingan materi karena mungkin mereka tak mampu lagi untuk mencari nya sendiri... hidup itu memang saling membutuhkan, itu lah kenapa manusia dikatakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain termasuk orang tua ke anak ataupun sebaliknya...

selanjutnya menaruh harapan, ketika memang seorang anak menaruh harapan kepada orang tua mereka untuk menjadi orang tua yang lebih moderat dan mampu mengerti apa yang mereka inginkan dan butuhkan, sejatinya sii anak itu pun sudah menaruh harapan kepada sang orang tua untuk dapat berpikir dengan pola pandangan seperti pola pandangan sii anak... lalu untuk menaruh harapan anak dari orang tua, saya rasa semua orang sudah dapat menerjemahkan term ini secara universal karena inilah yang biasanya lebih mendominasi dalam kehidupan sebuah keluarga... orang tua yang menaruh harapan agar anaknya dapat menjadi orang sukses, dapat menjadi seorang yang lebih maju dari dirinya, dapat menjadi orang yang berguna untuk keluarga dan lingkungan masyarakat, dapat membantu keluarga nya yang lain, dapat menjadi panutan, dapat menjadi seseorang yang memang patut mereka banggakan... kurang lebihnya seperti itu kira-kira...

lalu apa hubungan konsep teologi dengan peran antar orang tua dan anak yang saya maksud disini ??? konsep teologi sebenarnya merupakan term yang cakupannya sangat luas jika memang mau dikaji secara mendalam dan detail, menarik sekali memang, tetapi untuk saat ini biarkan saya mengkaji sesuai dengan apa yang sudah saya pahami saja terlebih dahulu... baiklaa, ketika Tuhan mempunyai power untuk memberikan suatu keistimewaan pada setiap manusia dengan akal, maka harapan Tuhan adalah manusia akan dapat secara mampu memanipulasi kekurangan dan keterbatasan yang mereka miliki pula... harapannya tak lain untuk dapat bertahan hidup, mengelola bumi beserta isi nya, serta beribadah kepada-Nya... dalam konsep Nya ini, manusia pun menjadi terbagi ke berbagai macam golongan, ada yang dapat dengan mampu memaksimalkan akal mereka dan membantu penghidupannya, ada pula yang tidak secara jeli memaksimalkan akalnya hingga banyak yang gagal dalam mengartikan kehidupan...

selanjutnya bagaimana dengan orang tua dan anak... orang tua yang memang paham betul akan kondisi dan keadaan anaknya, maka akan dengan secara "tulus" memberikan penghidupan dan pendidikan yang layak semampu mereka untuk memaksimalkan potensi si anak agar menjadi seorang yang sesuai dengan harapan mereka... namun karena terkadang sudut pandang antara orang tua dan anak itu sangat berbeda, maka timbulah kompleksivitas yang cukup tajam dalam sebuah kehidupan... ada yang memang menjadi anak menurut saja terhadap apa saja yang orang tua mereka katakan, lalu ada juga yang memberontak, tetapi yang menjadi catatan saya, kenapa selalu saja ketika ada anak yang memberontak dari keinginan orang tua, maka kehidupannya pun tidak semulus dengan apa yang diharapkan... tetapi dibeberapa kasus ada yang berbeda, tetapi saya memaknai ini sebagai "POWER" dari orang tua kepada anaknya yang sekurang-kurangnyaa mirip dengan "POWER" yang di miliki Tuhan kepada Manusia...

*Hidup adalah menghidupi dan menghidupkan kehidupan demi pencapaian kehidupan yang lebih baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

isilah komentar dengan pernyataan yang jujur dari lubuk sanubari hati anda yang terdalam tanpa ada intervensi dari pihak manapun <3